Senin, 30 November 2009

Orang Jepang dan Kesempurnaan

Orang Jepang dan Kesempurnaan

Di dunia ini tidak ada yang sempurna selain Sang Pencipta. Namun, kalau Anda pergi ke Jepang, entah mengapa, semua hal dapat terasa begitu sempurna. Hampir semua orang Jepang tampaknya bisa melakukan segala sesuatu begitu sempurna, mulai dari hal yang besar hingga hal-hal kecil yang sering disepelekan orang seperti mencuci, menyetrika, memasak, menyapu, dan sebagainya.

Kunci dari semua itu sebenarnya sederhana. Saya membaginya menjadi 2 kunci utama sebagai berikut:

1. Mutu yang Tinggi adalah Keharusan
Orang Jepang menghargai mutu dan selalu menghendaki segala sesuatu bermutu tinggi. Entah itu hasil cucian, lantai yang baru disapu-pel, hasil penelitian, dan masih banyak lagi. Hal ini dapat kita lihat pada semua produk hasil produksi Jepang. Hampir tidak ada produk Jepang yang tidak unggul di pasar dunia. Semua ini didasari oleh prinsip untuk menjaga tinggi mutu produk maupun jasa dan layanan yang orang Jepang produksi.

Setelah Perang Dunia II, keadaan bangsa Jepang sangat buruk. Kekalahan bangsa Jepang dalam Perang Dunia II tidak hanya mereka rasakan pada bidang politik, tetapi dalam segala aspek dalam kehidupan mereka. Keadaan yang mereka rasakan saat itu bahkan lebih buruk dari apa yang bangsa Indonesia rasakan setelah kemerdekaan pada periode waktu yang sama. Namun, bangsa Jepang tidak tinggal diam. Mereka berjuang begitu keras untuk memperoleh kejayaan mereka kembali.

Perusahaan-perusahaan Jepang berusaha untuk memasarkan produk-produk mereka di pasar internasional. Akan tetapi, mereka selalu gagal dan kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan Barat yang telah lebih dulu menguasai pasar. Perusahaan-perusahaan Jepang kemudian menyadari kegagalan ini disebabkan oleh rendahnya mutu produk-produk mereka. Sejak saat itu, semua perusahaan Jepang berusaha sekuat tenaga untuk menjaga mutu produk mereka dan menciptakan berbagai metode untuk menjaga mutu produk mereka tetap tinggi. Salah satu langkah yang mereka ambil adalah dengan mengundang ahli statistik dan mutu dari Amerika Serikat, A. Deming. Alhasil, berbagai perusahaan di Jepang memiliki sistem jaminan dan sistem manajemen mutu yang saat ini banyak ditiru berbagai perusahaan di dunia. Usaha untuk menciptakan mutu produk yang tinggi dan menjaganya tetap tinggi telah membuahkan hasil yang berlimpah-limpah bagi berbagai perusahaan Jepang. Mereka berhasil merebut pasar yang sebelumnya dikuasai oleh berbagai perusahaan Eropa maupun Amerika Serikat.

2. Lakukan segala sesuatu dengan segenap hati, mulai dari hal yang paling kecil hingga yang paling besar
Prinsip ini telah ditanam di dalam diri masing-masing individu Jepang sejak zaman dahulu kala. Segala keberhasilan yang berhasil Jepang raih hingga saat ini tidak lepas dari prinsip ini. Bagi bangsa Jepang, pekerjaan tidak harus selalu besar, tetapi juga termasuk hal-hal yang kecil. Jika seseorang bertugas untuk menyapu, maka ia harus dan akan melakukannya dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh dengan setengah hati dan tidak boleh ada kompromi. Seseorang yang bertugas untuk menyapu harus terlebih dahulu mempersiapkan diri sebelum bekerja dengan menyiapkan sapu, pengki yang akan ia pakai dan menentukan lokasi yang akan disapunya. Ketika ia sedang menyapu, tidak boleh ada satu kotoran pun yang tertinggal. Hal ini kemudian berkaitan dengan kata 'mottainai', yang pada dasarnya berarti 'sayang, boros'. Bahka jika ada satu kotoran yang sangat kecil yang masih tertinggal di lantai dan sulit untuk dihilangkan, seorang penyapu harus berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkannya. Untuk itu ia haruslah kreatif. Dengan demikian, ketika pekerjaannya selesai ia akan memperoleh hasil yang maksimal.

Begitulah bangsa Jepang menciptakan kesempurnaan. Hal ini tidak tercermin pada seluruh produk yang mereka produksi dan perdagangkan, tetapi pada setiap aspek dalam kehidupan bangsa Jepang.

Apa yang saia pikirkan:
Sebagai seorang yang pernah belajar dan tinggal di Jepang, tentu saja saya mau tidak mau terbawa dengan cara pandang dan cara kerja bangsa Jepang. Namun, ketika kita berada jauh dari mereka, terkadang kedua hal di atas menjadi sulit dilakukan terutama ketika kita tidak benar-benar menanamkannya dalam diri kita.